SATU PER EMPAT
Satu Per Empat bukan sekadar band, melainkan kronik kecil dari generasi yang menapaki kekalahan demi kekalahan. Bukan karena inkompeten, tetapi lebih karena lahir di sebuah kondisi yang serba kacau.
Satu Per Empat sendiri terdiri dari Bismo Triastirtoaji (vokal), Audi Adrianto (gitar), dan Levi Stanley (drums). Ketiganya lahir dari pertemanan dan tongkrongan di gang Potlot generasi kini. Debut album mereka Pasca Falasi (2020) dirilis secara independen oleh label Rekaman Pots.
Dari dalam dan luar diri. Musik Satu Per Empat berdiri di persimpangan: penuh referensi luas, menyentuh hal-hal sehari-hari yang kerap lewat begitu saja, lalu disulap jadi cerita yang getir, jujur, dan akrab. Di lagu-lagu mereka, kita bertemu cermin. Tentang karier seni yang beradu dengan urusan perut, kesehatan mental yang saling bertabrakan dengan tuntutan produktivitas, atau keyakinan spiritual yang dipeluk erat demi mengusir sial.
Lagu-lagu Satu Per Empat bukan seperti khotbah atau romantisme kesusahan. Nada-nada mereka lebih seperti bisikan samar di ruang rokok. Suara-suara kekalahan yang berubah jadi energi untuk tetap bernapas. Mengusung rock alternatif, mereka menolak tunduk pada pakem grunge atau alt-rock yang sudah mapan. Ada bahasa musikal sendiri yang mereka bangun—kadang mentah, kadang tajam, tapi selalu relevan.
Transformasi itu jelas terdengar lewat dua album mereka: Pasca Falasi (2020) yang raw, dan Semoga Beruntung Nasib Buruk (2024), sebuah rekaman yang layak dipandang sebagai salah satu album terbaik Indonesia tahun itu. Dengan Satu Per Empat, musik menjadi ruang curhat kolektif—keras, tulus, dan penuh denyut hidup. Sebuah kidung panjang nostos dan algia yang sebenar-benarnya.