From Backstage to Onstage: Entering the Festival Ecosystem
Saturday, Oct 11
17:00 - 17:45
Moderator: Sade Susanto
Stage: Bicara Musik - Dome Senayan Park
From Backstage to Onstage explores how musicians and creative enthusiasts can be part of the festival world. It’s not just about performing, but also learning how festivals work, making connections, and getting noticed by curators. From behind-the-scenes contributions to onstage presence, this session highlights festivals as places for opportunity, collaboration, and creative expression.
About the Speakers

Ferry Dermawan

Joyland Festival / Plainsong Live

Ferry Dermawan menjadi salah satu sosok penting dalam industri musik lewat berbagai perannya membangun festival yang mendapat apresiasi penggemar musik Indonesia. Bersama Plainsong Live yang didirikannya, Ferry mencetak standar baru industri pertunjukan musik.

Berawal dari festival musik Djakarta Artmosphere yang digelar pada 2009 hingga seri Joyland Festival yang diakui sebagai salah satu festival musik terbaik di Indonesia. Ferry menjadi satu dari sedikit promotor yang dapat mewujudkan fantasi dalam dunia musik menjadi nyata.

Beberapa artis yang berhasil didatangkan Ferry dalam ragam acaranya antara lain St. Vincent, Air, Kings of Convenience, Interpol, Fleet Foxes dan Cornelius. Festival-festival yang digagas Ferry bersama Plainsong Live pun dikenal dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh bagi penonton dan memiliki komitmen untuk menjaga kadar bersenang-senang yang tinggi lewat program festival dan konsep turunannya.

“Visi saya ingin membangun ekosistem musik dan festival yang sehat, berkelanjutan, dan inklusif. Misinya? Mengkurasi pengalaman musik yang otentik dan menyenangkan, sambil membuka ruang bagi talenta lokal maupun internasional buat berkembang bersama. Intinya, kami pengen semua pihak merasa punya tempat di ekosistem ini, dari crew backstage sampai penonton.”

Keterlibatan Ferry dalam Jakarta Music Conference menjadi satu upaya penting untuk bersama-sama saling berbagi menuju ekosistem festival musik yang berdaya, kreatif, dan regeneratif. Pengalaman Ferry sebagai salah satu yang terbaik di bidangnya akan membuat sesi diskusi ini sayang untuk dilewatkan.

Dalam perjalanannya, Ferry juga mengambil peran bahwa festival musik sebagai salah satu rantai penting ekosistem musik menjadi wajah paling nyata dari wujud industri itu sendiri. Ferry memiliki keberanian dalam hal kuratorial dengan memberi ruang pada musik-musik di luar arus utama dan membentuk citra tentang popularitas yang baru.

“Banyak orang melihat festival cuma dari sisi panggung atau headliner saja, padahal yang bikin semua itu bisa terjadi adalah ekosistem yang kompleks dan saling terkait: dari stage crew, produser, tenants f&b, sampai tukang pasang listrik. Masuk ke dunia festival bukan cuma soal tampil, tapi soal ngerti cara kerja di balik layar, dan gimana tiap peran punya kontribusi besar. It’s a team effort,” kata Ferry.

Gerhana Banyubiru

The Sounds Project

Gerhana Banyubiru adalah bukti regenerasi yang baik di bidang penyelenggara pertunjukan musik. Sosoknya membuktikan bahwa pekerjaan-pekerjaan di belakang panggung sama pentingnya dengan di atas panggung. Satu dekade sudah Ghana membangun The Sounds Project, festival yang bertumbuh dari acara kampus menjadi salah satu yang terbesar hari ini. Pencapaian Ghana bukan semata perkara konsistensi, tetapi ada mental resiliensi yang harus dimiliki dalam menekuni profesi ini.

 

“The Sounds Project bisa memfasilitasi 150-an band dalam sekali penyelenggaraannya. Bisa membawa audiens bukan cuma dari Indonesia saja, tapi juga dari negara lain seperti Singapura, Malaysia. Visi gue bisa buat orang-orang happy datang ke festival yang gue buat.”

 

Ghana punya visi besar mendukung regenerasi penyelenggara pertunjukan atau promotor secara berkelanjutan. Hal itu dia terapkan dalam festival yang digagasnya dengan melibatkan anak-anak muda yang punya ketertarikan dalam bidang pertunjukan.

 

“Untuk pelaku penyelenggara festival atau promotor harus ada nama-nama baru, harus ada anak-anak muda baru. Untuk itu The Sounds Project selalu bikin program yang melibatkan generasi muda agar ikut terlibat langsung dalam festival. The Sounds Project itu selalu ada program internship yang menyasar ke kampus-kampus supaya kita punya profesional-profesional baru yang bisa bekerja dengan baik di balik layar sebuah festival. Jadi, yang dipikirkan adalah regenerasi pelakunya, bukan hanya itu-itu saja pelakunya dan dikhawatirkan akan terjadi monopoli. Kalau terjadi regenerasi dan banyak tumbuh promotor baru, akan tercipta ekosistem yang baik,” jelas Ghana.

 

Catatan penting yang berhasil dilakukan Ghana bersama The Sounds Project adalah menjadikan festival ini dekat dengan para pelajar dan membuat pertunjukan musik berkualitas tetap dapat dijangkau segala kalangan. Tanpa mengorbankan konsep acara dan daftar penampil.

 

Ghana akan berbagi dalam sesi From Backstage to Onstage: Entering the Festival Ecosystem. Dalam diskusi ini, Ghana akan membagikan pengalaman berharganya membangun festival dengan segala tantangan yang mengikuti di belakangnya.

About the Moderator

Sade Susanto

Singer & Songwriter

Sade Susanto — lahir di Yogyakarta, tumbuh besar di Semarang — bukan sekadar musisi yang bernyanyi di atas panggung, melainkan penulis lagu yang peka menangkap detail keseharian lalu menyulapnya menjadi melodi. Perjalanannya dimulai dari kolektif musik HILLS, sebelum akhirnya menjejak lebih jauh lewat album debut Checkpoint (2018). Album ini menjadi penanda keseriusan Sade: sebuah dedikasi penuh kepada R&B, juga sebuah arsip pribadi yang menampung luka, pencarian diri, dan refleksi.

Dalam perjalanannya, Sade merilis beberapa single penting. Salah satunya “Maybe Baby”, lagu yang awalnya dimaksudkan untuk Raisa, namun justru menemukan rumah paling pas di suaranya sendiri. Sebagai penulis lagu, Sade juga membuktikan ketajamannya melalui “You Better Believe Me”, yang kemudian dibawakan Raisa dalam album It’s Personal (2022). Karya-karya ini menegaskan bahwa Sade tidak hanya berdiri di depan mikrofon, tapi juga berperan di balik layar penciptaan.

Selain merintis jalur musik, Sade memiliki pengalaman bekerja di media digital. Pengalaman ini memberinya radar tambahan untuk membaca industri: dari riuhnya backstage hingga cahaya terang onstage, dari strategi produksi hingga relasi dengan audiens. Sade hadir sebagai moderator sesi “From Backstage to Onstage: Entering the Festival Ecosystem” dalam Jakarta Music Conference 2025. Keberadaan Sade bukan sekadar sebagai penghubung percakapan, tetapi juga sebagai sosok yang memahami detak ekosistem festival dari dalam.

Scroll to Top