The Music Trend Playbook: Creating, Responding, and Amplifying
Sunday, Oct 12
14:15 - 15:00
Moderator: Tiara Dianita
Stage: Bicara Musik - Dome Senayan Park
Trends shape how music travels and how audiences connect. This session dives into strategies for making the most of them, whether by sparking your own trend, joining a cultural wave at the right moment, or amplifying what already resonates. Learn how creators and industry players can harness YouTube to stay ahead of the curve and turn trends into lasting impact.
About the Speakers

Faris Adam

Singer

Tak berlebihan jika menyebut Faris Adam sebagai salah satu contoh terbaik trend musik saat ini. Bagaimana tidak? Hits viral “Stecu Stecu” yang dia nyanyikan terdengar dimana-mana sepanjang tahun 2025, mulai dari media sosial, youtube, hingga di tempat-tempat publik. 

 

Fenomena viralnya lagu “Stecu Stecu” tak hanya membesarkan Faris Adam seorang, tetapi juga membuka potensi besar dari musisi-musisi daerah yang membawa warna lokal dalam karyanya, ternyata mampu menembus pasar arus utama.

 

Faris Adam adalah putra daerah asli Ternate, Maluku Utara. Dia dikenal karena konsistensinya menciptakan karya orisinil dengan sentuhan bahasa dan budaya lokal. Sebelum “Stecu Stecu” mungkin publik lebih mengenal alm. Glenn Fredly, Andre Hehanusa, atau Andmesh yang kerap membawakan lagu-lagu balada bernada tinggi, bertema cinta atau patah hati, dan musk-musik tersebut kerap dibawakan musisi Indonesia Timur.

 

Namun setelah Faris menjadi trend lewat “Stecu Stecu” semua itu berubah. Berkat hits “Stecu Stecu”, kancah musik Indonesia Timur pun berubah haluan, dari pop balada ke Pop Indonesia Timur. Nama-nama baru dengan musik sejenis dari Indonesia Timur seperti Juan Reza, Kapthenpurek, Toton Caribo, hingga Fresly Nikijuluw ikut terseret trend musik Indonesia Timur yang meroket sepanjang tahun ini.

 

“Setiap hari adalah kesempatan baru untuk berkarya. Saya selalu mengingat bahwa selain doa, optimisme adalah modal utama untuk melangkah maju,” ungkap Faris dalam sebuah wawancara bersama RRI.

 

Di Jakarta Music Conference 2025, Faris akan berbicara di sesi “The Music Trend Playbook: Creating, Responding, and Amplifying“ dimana Faris sendiri sungguh sangat relevan untuk menjadikan dirinya contoh terbaik untuk topik ini.

 

Dimasz Joey

Chief Marketing Officer

Dimasz Joey mengawali perjalanan panjangnya di industri musik dari menjadi seorang anak band. Dari seorang pemain bass untuk band Twentyfirst Night hingga session player untuk RAN pernah ia lakoni. Saat menjadi anak band itulah Joey bertemu dengan Maliq & D’Essentials yang tak lain adalah penggagas Organic Records, label rekaman yang menaungi band Joey dulu, Twentyfirst Night.

 

Tak puas hanya menjadi penampil, Joey pun memperluas “arena bermainnya” di kancah musik dengan menangani jenama penyanyi Bunga Citra Lestari (BCL), hingga akhirnya kembali lagi menjadi bagian dari tim kerja Maliq & D’Essentials di tiga tahun belakangan.

 

“Visi gue adalah menjadikan musik Indonesia tidak hanya sebagai hiburan, tapi sebagai ekosistem yang mampu menggerakkan ekonomi kreatif dan menjadi benchmark di Asia. Misi gue menciptakan ruang dan merancang blueprint agar musisi bisa membangun karier yang lebih panjang, sustain, dan nggak cuma bergantung pada momen jangka pendek,” ungkap Joey yang percaya strategi branding dan marketing adalah fondasi bagi musisi untuk bertahan dan berkembang di tengah perubahan trend yang begitu cepat.

 

Di Jakarta Music Conference 2025, Joey akan berbicara di sesi The Music Trend Playbook: Creating, Responding, and Amplifying, berbagi pengalaman dalam membaca pasar dan bagaimana mengemas narasi yang relevan di era internet seperti saat ini.

 

“Buat gue, ini bukan sekadar playbook, tapi mindset. Trend bisa lahir dari siapa saja, kapan saja. Tugas kita bukan cuma menciptakan trend, tapi juga tahu kapan harus merespons, dan bagaimana memperbesar gaungnya. Kuncinya ada di keberanian untuk bereksperimen, agility dalam membaca pasar, dan kemampuan mengemas narasi yang relevan. Dan yang paling penting, jangan pernah puas dengan “aman”—karena dalam musik, yang aman justru membosankan,” pungkas Joey.

 

Pengalaman Joey terlibat dalam campaign “Kita Bikin Romantis” milik Maliq & D’Essentials bisa jadi referensi praktis untuk dijadikan studi di industri musik. Bagaimana campaign tersebut tidak hanya sekadar viral, namun juga memperpanjang nafas sebuah band.

 

“Gue selalu percaya bahwa musik adalah medium paling kuat untuk membangun identitas dan koneksi emosional. Dari sisi branding dan marketing, musik punya kekuatan unik: dia ga cuma menjual produk, tapi juga membentuk lifestyle dan culture. Itulah yang membuat gue tertarik mendalaminya,” tutup Joey.



About the Moderator

Tiara Dianita

Editor in Chief

Tiara Dianita adalah warna baru yang membuat industri musik lebih semarak. Perannya sebagai Editor in Chief Maple Media dan kehadirannya dalam siniar Rewind yang membahas musik dan kultur pop memberi nuansa baru dan berbeda dari yang pernah ada. Tiara mampu memosisikan diri sebagai sosok yang dekat dan tak berjarak dari narasumber yang diwawancarainya. Keluwesannya dalam mengolah berbagai tema menunjukan riset yang kuat dan mendalam.

“Dari kuliah saya sudah merasa menyukai bidang-bidang meliputi media, meliputi komunikasi, meliputi budaya, film, musik, dan lain-lain. Jadi ketika ada tawaran menjadi editor-in-chief di media yang masih baru pada saat itu yang memang kita buatnya juga dari nol, jadi kenapa enggak.”

Tiara adalah wujud terjadinya regenerasi yang baik dari ekosistem penunjang industri musik. Sebagaimana kita ketahui, musik tak hanya berdiri sendiri. Peran media, jurnalis, promotor dan lain-lain menjadi bagian tak terpisahkan dalam perputaran roda industri. 

Tiara bersama Maple menjadi alternatif baru bahwa media terkait musik dapat melebur dengan baik melalui medium atau platform terkini. Tanpa menghilangkan kekuatan kedalaman dalam mengulas sebuah karya atau profil.

Dalam Jakara Music Conference 2025, Tiara akan menjadi moderator di dua sesi, diantaranya “Beyond the Beat: The Power of Visual Storytelling in Music” dan “The Music Trend Playbook: Creating, Responding, and Amplifying.” Dua buah sesi sesi yang menghadirkan perspektif akan pentingnya kekuatan narasi dalam sebuah karya musik. Sebab musik bukan saja perkara bunyi, tetapi juga pesan yang disampaikan.

“Saya rasa musik memang bukan sebuah medium seni yang bisa bergerak sendiri, apalagi dari segi storytelling dan visual. Saya rasa (tema diskusi ini) bisa menjadi amplifying music dengan cara yang paling tepat rasanya ketika meng-amplify lewat visual dan storytelling. Jadi kayak menghidupi si musik itu sendiri. Untuk tema ini pasti banyak yang akan dibahas karena ibaratnya tuh seni menghidupi seni yang lain. Jadi pasti ini akan kaya banget.”

 

Scroll to Top