Dimasz Joey
Chief Marketing Officer / Mad Haus Group

Dimasz Joey mengawali perjalanan panjangnya di industri musik dari menjadi seorang anak band. Dari seorang pemain bass untuk band Twentyfirst Night hingga session player untuk RAN pernah ia lakoni. Saat menjadi anak band itulah Joey bertemu dengan Maliq & D’Essentials yang tak lain adalah penggagas Organic Records, label rekaman yang menaungi band Joey dulu, Twentyfirst Night.

 

Tak puas hanya menjadi penampil, Joey pun memperluas “arena bermainnya” di kancah musik dengan menangani jenama penyanyi Bunga Citra Lestari (BCL), hingga akhirnya kembali lagi menjadi bagian dari tim kerja Maliq & D’Essentials di tiga tahun belakangan.

 

“Visi gue adalah menjadikan musik Indonesia tidak hanya sebagai hiburan, tapi sebagai ekosistem yang mampu menggerakkan ekonomi kreatif dan menjadi benchmark di Asia. Misi gue menciptakan ruang dan merancang blueprint agar musisi bisa membangun karier yang lebih panjang, sustain, dan nggak cuma bergantung pada momen jangka pendek,” ungkap Joey yang percaya strategi branding dan marketing adalah fondasi bagi musisi untuk bertahan dan berkembang di tengah perubahan trend yang begitu cepat.

 

Di Jakarta Music Conference 2025, Joey akan berbicara di sesi The Music Trend Playbook: Creating, Responding, and Amplifying, berbagi pengalaman dalam membaca pasar dan bagaimana mengemas narasi yang relevan di era internet seperti saat ini.

 

“Buat gue, ini bukan sekadar playbook, tapi mindset. Trend bisa lahir dari siapa saja, kapan saja. Tugas kita bukan cuma menciptakan trend, tapi juga tahu kapan harus merespons, dan bagaimana memperbesar gaungnya. Kuncinya ada di keberanian untuk bereksperimen, agility dalam membaca pasar, dan kemampuan mengemas narasi yang relevan. Dan yang paling penting, jangan pernah puas dengan “aman”—karena dalam musik, yang aman justru membosankan,” pungkas Joey.

 

Pengalaman Joey terlibat dalam campaign “Kita Bikin Romantis” milik Maliq & D’Essentials bisa jadi referensi praktis untuk dijadikan studi di industri musik. Bagaimana campaign tersebut tidak hanya sekadar viral, namun juga memperpanjang nafas sebuah band.

 

“Gue selalu percaya bahwa musik adalah medium paling kuat untuk membangun identitas dan koneksi emosional. Dari sisi branding dan marketing, musik punya kekuatan unik: dia ga cuma menjual produk, tapi juga membentuk lifestyle dan culture. Itulah yang membuat gue tertarik mendalaminya,” tutup Joey.