Royalties Uncovered: The Hidden Revenue Behind Every Song
Saturday, Oct 11
19:15 - 20:45
Stage: Bisik Musik
Explores how music generates income across streaming, sync, performance, and beyond. Led by Franki Indrasmoro (Massive Music) and moderated by Aria Baja, this session demystifies how royalties are collected and distributed, while highlighting the role of publishers in protecting rights and creating new opportunities. Designed for musicians, managers, and fans, it reveals the often-unseen value behind every song and inspires creators to think beyond traditional revenue models.
About the Speakers

Aria Baja

Business Manager

Aria Baja nama di balik layar yang tak asing di industri musik Indonesia. Pernah mengelola band Naif, mendirikan agensi kreatif Lockermedia, dan mendirikan label independen Dominion Records. Ia tak hanya menunjukkan kontribusinya sebagai manajer artis, tetapi juga penggerak ekosistem musik Indonesia, dengan fokus pada pengembangan karier, kolaborasi lintas sektor, serta manajemen hak cipta dan distribusi.

 

Pemilik nama asli Aria Baja Zulfitri ini juga sosok di balik kesuksesan trio produser Laleilmanino. Kesuksesan yang ia raih tak lain berlandaskan prinsip hidupnya yang kuat untuk memajukan musik Indonesia. Saat ditanya tentang visi dan misinya, ia mengatakan akan terus berusaha merelevansikan serta mengantarkan karya talenta lokal menuju global secara lebih artikulatif dalam memperkenalkan seni dan budaya Indonesia.

 

Pria kelahiran 18 Oktober ini juga berpendapat soal industri musik Indonesia yang dianggapnya sudah berkembang dan lebih banyak pilihan di dalam pemetaan (memperkaya) revenue streams terkait kesadaran akan IP development.

 

“Tantangannya adalah konsistensi, dan solusinya adalah relevansi. Jika tidak berusaha melakukan terobosan maka masa depan industri musik kita bakal mengalami stagnasi,” ungkap Aria. 

 

Berbekal pengalaman yang luar biasa, Aria sebagai pegiat bisnis musik dan kreatif siap mengisi sesi Royalties Uncovered: The Hidden Revenue Behind Every Song di Jakarta Music Con 2025. 

 

“Sudah semestinya kita harus lebih serius mengungkap dan menjajaki banyak peluang atas hak ekonomi karya cipta musik. Intellectual Property (IP) jangan cuma jadi jargon populis yang pemahamannya justru belum merata di antara para stakeholder bisnis musik. Maksimalkan,” tutup Aria. 



Franki Indrasmoro

Membership Manager

Franki Indrasmoro lebih dikenal publik sebagai seorang Pepeng NAIF. Kiprahnya di industri musik Tanah Air tak bisa dilepaskan dari band yang membesarkannya, yakni NAIF. Bersama NAIF, Pepeng berhasil mengekspresikan kemampuan bermusiknya sebagai pemain drum di total delapan album penuh dan satu album LIVE sejak tahun 1995. Sayangnya NAIF mengumumkan bubar saat pandemi lalu pada 2021. 

 

Sebagai penampil, Pepeng tak hanya berekspresi melalui NAIF, dia juga memiliki band dengan genre grunge / alternatif bernama Raksasa. Di dalam band Raksasa, Pepeng berperan sebagai seorang songwriter, pemain drum, dan juga produser.

 

Selain musik, ekspresi Pepeng sebagai seorang seniman juga dia salurkan melalui komik. Berkarya dengan studio komik FrankKomik, Pepeng membuat komik berjudul Setan Jalanan yang kisahnya diterbitkan dalam sejumlah edisi komik. Salah satunya adalah pada edisi “Setan Jalanan Trilogy” yang terbit 2014 – 2016.

 

Kini, setelah episode bersama NAIF selesai, Pepeng masih aktif bekerja di industri musik. Pernah menjadi A&R Manager di label rekaman Sony Music Entertainment Indonesia, terkini Pepeng berperan sebagai Membership Manager di Massive Music Entertainment, sebuah music publisher yang mengelola hak cipta dari karya-karya musisi.

 

“Sejak tahun 1998, lagu-lagu Indonesia sukses menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Ini membuat geliat industri semakin dinamis. Hanya saja di masa lalu banyak terjadi ketidakadilan dalam industri musik Indonesia bagi para senimannya (musisi, penyanyi, dan pencipta lagu), walaupun undang-undang tentang Hak Cipta sudah ada sejak tahun 1982. Hal inilah yang melatarbelakangi penyempurnaanya melalui Undang-undang Hak Cipta tahun 2002 yang kemudian disempurnakan lagi di tahun 2014, dan sejak UU HAKI 2014, ekosistem industri musik Indonesia sudah semakin seimbang dan sehat. Hanya mungkin memang masih banyak detail yang harus diperhatikan,” ungkapnya panjang lebar soal industri musik Indonesia.

 

Di Jakarta Music Conference 2025, Pepeng akan membahas topik “Royalties Uncovered: The Hidden Revenue Behind Every Song” dimana nantinya akan dibahas potensi-potensi penghasilan yang bisa dioptimalkan dari sebuah karya lagu.

 

“Hidden revenue di sini mengacu pada seberapa kreatif model baru monetisasi bisa dijalankan, melalui Diversifikasi Monetisasi. Musisi dan pencipta lagu jangan hanya bergantung pada streaming. Eksperimen dengan konser virtual, sync licensing (film, iklan, game), fan-based economy (Patreon, komunitas membership), atau bahkan NFT Musik (apabila masih relevan); semua itu bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi musisi dan pencipta lagu,” terangnya membahas bocoran materi diskusi di Jakarta Music Conference 2025.



Scroll to Top