Scaling Up: Building the Next Music Icons
Sunday, Oct 12
16:15 - 17:00
Moderator: Akbarry Noor
Stage: Bicara Musik - Dome Senayan Park
Every great artist faces the challenge of breaking through. This session will explore how to identify and accelerate the careers of promising new talent, guiding them through the critical transition from independent act to mainstream presence. With the support of labels, management teams, and dedicated networks, we’ll look at how YouTube can help amplify reach, professionalize brands, and shape the next generation of music icons.
About the Speakers

White Chorus

Musician

Duo electro-pop asal Bandung, White Chorus menandai kemunculan lewat perilisan “HEATWAVE” di tahun 2020. Beranggotakan Emir Mahendra dan Friska, mereka terakhir melepas album mini berjudul do you guys *still* wanna listen to some electro-pop music? akhir September 2025 lalu. 

 

Bukan tanpa alasan menjalani karier sebagai musisi, Friska menekuni profesi ini karena ia merasa musik sudah menjadi bagian dari hidupnya. Begitu pula Emir yang mengaku jatuh cinta sama musik dan menjadikannya ruang berekspresi sedari masa kecil. 

 

“Gue merasa ini bukan cuma tentang bikin lagu, tapi tentang ngebangun sesuatu yang lebih besar yaitu cerita, komunitas, dan ruang buat orang lain juga bisa nemuin makna lewat musik. Tetapi musik bukan hanya karier, tapi sebagai media untuk refleksi,” ungkap Emir. 

 

White Chorus cukup produktif dalam menghasilkan karya. Selama lima tahun terakhir ini, mereka sudah mengantongi total dua album penuh yaitu FASTFOOD (2021) dan LIMBO + (2023), belum termasuk album mini dan single yang juga beredar di layanan streaming musik. 

 

Keproduktifan yang dilakukan White Chorus tentu berlandaskan visi dan misi yang jelas. “Melalui karya dan kolaborasi, aku ingin ikut ngebangun ruang yang suportif buat musisi lain juga, supaya kita semua bisa berkembang bareng dan saling ngangkat satu sama lain,” Friska. 

 

White Chorus siap mengisi topik “Scaling Up: Building The Next Music Icons” di Jakarta Music Con 2025 bersama Adryanto Pratono (Boim) selaku CEO PT. Juni Suara Kreasi dan Ririe Cholid selaku Head of Artist Services Indonesia – Believe.

 

Emir juga angkat bicara soal tema ini. “White Chorus awalnya belum langsung terlihat. Makanya dari awal kami membuat pondasi yang kuat. Dari pondasi itu scaling up dapat terwujudkan. Karena “building the next music icons” itu bukan soal menciptakan figur baru yang viral, tapi ikon yang punya dampak, yang bisa mengubah cara orang ngeliat musik Indonesia,” tutupnya. 



Ririe Cholid

Head of Artist Services Indonesia

Ririe Cholid adalah sinonim dari sebuah integritas dan dedikasi di dunia musik. Pernah menjadi bagian dari perjalanan mengagumkan Tulus sebagai manajer, kini Ririe memperluas pengaruhnya di industri dengan perannya sebagai Head of Artist Services Indonesia di Believe.

 

“Yang membuat saya menekuni profesi saat ini adalah, kecintaan saya akan bagaimana musisi independen memiliki caranya sendiri dalam menerjemahkan nilai dan tujuan personal mereka ke dalam bentuk karya yang tidak hanya memberikan makna buat dirinya sendiri, namun juga banyak orang. Kepuasan pribadi bagi saya, melihat karya musik dari musisi yang bekerjasama dengan Believe Artist Services, bisa dinyanyikan oleh ribuan audiens baik di festival musik atau konser tunggal mereka.”

 

Peran Ririe saat ini termasuk menjadi bagian dari kesuksesan Hindia, Yura Yunita, dan Idgitaf, dan nama-nama besar lain yang tergabung dalam Believe Artist Services. Menjadikan Ririe sebagai salah satu nama kunci jika bicara musik Indonesia hari ini.

 

Hal menarik dari Ririe adalah kemampuannya dalam membaca peta dan menentukan arah jalan bagi para musisi independen untuk mencapai tujuan mereka dalam rimba raya digital. 

 

“Industri musik Indonesia saat ini adalah cerminan dari keinginan audiens yang mencari koneksi dan relevansi. Ini bukan lagi sekadar pasar yang mengandalkan hiburan semata, tetapi sebuah ekosistem yang menghargai keragaman nilai, otentisitas lirik, dan kedalaman emosional. Hal ini juga ditandai dengan dominasi yang semakin kuat dari konsumsi musik lokal oleh masyarakat Indonesia.”

 

Ririe juga berpendapat keterbukaan akses di era distribusi musik via streaming justru membuat tantangan bagi para musisi semakin besar. Parameter dalam merengkuh pasar menjadi begitu luas dan kompleks.

 

“Saat ini, merilis musik ke seluruh dunia bisa dilakukan dalam sekejap. Meskipun menjangkau audiens kini sangat mudah, akses tidak melulu menjaminkan hasil. Kunci sukses bagi para musisi adalah kemampuan untuk menyaring informasi dan mengolah data untuk menjadi stimulan kreatif dalam mengambil langkah yang bijak dan konsisten untuk bisa memberikan hasil yang berdampak panjang.”

 

Di Jakarta Music Conference 2025 Ririe akan membagikan pengalamannya dalam sesi “Scalling Up: Building the Next Music Icons”, sebuah sesi yang menarik melihat bagaimana caranya dalam menghadapi pasar musik yang terus berkembang dan musisi-musisi yang silih berganti duduk di puncak popularitas. 

 

Adryanto Pratono

Founder JUNI Records

Adryanto Pratono atau lebih akrab disapa Boim lebih dari sekadar ikon musik. Tangan dinginnya tak hanya sukses membesarkan Raisa sebagai salah satu penyanyi solo perempuan paling populer di Indonesia, tetapi lebih daripada itu. 

 

Melalui label Juni Records, Boim berhasil merilis album-album monumental dari sejumlah musisi. Termasuk album debut Barasuara dan album Mantra-Mantra dari Kunto Aji. Determinasi Boim berlanjut lewat sensibilitasnya dalam menggaet solois muda bersinar, Bernadya, yang kemudian bertransformasi menjadi salah satu artis dengan pencapaian album terbesar yang dimiliki Juni Records.

 

“Kalau dari sisi gue sebagai orang di balik layar, kesempatan untuk musisi hari ini berkarya itu semakin besar. Kita nggak cuma bisa bekerja bergantung kepada misalnya korporasi besar, tapi usaha-usaha kecil kita ini bisa membuahkan hasil gitu, atau gerakan-gerakan independen kita ini bisa membuahkan hasil.”

 

Latar belakang Boim sebagai jurnalis majalah Hai turut membentuk karakternya yang memiliki daya juang tinggi, sekaligus peka terhadap kesempatan-kesempatan yang dapat dielaborasikan menjadi sebuah karya. Kemampuan ini membuat eksplorasi Juni Records semakin berkembang jauh, termasuk membuka kerja sama dengan stakeholder musik global.

 

Di Jakarta Music Conference 2025, Boim akan menjadi narasumber dalam sesi “Scaling Up: Building the Next Music Icons.” Sebuah topik yang benar-benar dijalani dan dibuktikannya. 

 

“Menurut gue sangat penting sih untuk tidak berpuas hati atau berpuas diri. Indonesia negara yang besar, kita negara archipelago, sangat mungkin kita belum terkenal sampai ke kota-kota kecil, itu sangat mungkin. Selain itu, kita masih mungkin buat bisa scaling up ke negara tetangga kita seperti Malaysia, Filipina, Singapura, Brunei, masih mungkin banget. Jadi, building the next music icon itu sangat penting untuk artis, at least dia punya kesempatan push the limit untuk bisa cari tahu seberapa besar dia bisa berkembang,” katanya.

About the Moderator

Akbarry Noor

Podcaster, Actor

Akbarry adalah salah satu ikon penting dalam industri pertunjukan musik. Ada masanya, Nama Akbarry pernah menghiasi hampir seluruh acara musik pelajar atau pensi (pentas seni) di kawasan Jabodetabek sebagai MC. Kemudian, Akbarry melanjutkan karier sebagai podcaster dan juga influencer bidang gaya hidup sehat.

“Gue suka banget sama pop culture dan gue lumayan mengikuti apa yang hits dari TV, radio, majalah. Dan gue suka banget berandai-andai hidup di dunia itu, sekarang gue mencoba menjalani mimpi gue semasa kecil, dari penyiar radio dan kini merintis menjadi aktor. Dunia kultur pop yang gue jalani sekarang adalah cara gue menjalani mimpi gua dari masa kecil.”

Akbarry kini juga memiliki sertifikasi sebagai Sports Nutritionist, semakin menjadikannya sebagai salah satu sosok serbabisa dalam industri. Perjalanan Akbarry cukup panjang dan beragam, dia memiliki latar belakang yang kuat di bidang media dan kultur pop. Termasuk kemampuannya berakting yang terbukti dalam beberapa film, antara lain Home Sweet Loan, Selepas Tahlil, Ipar adalah Maut, 13 Bom di Jakarta, dan Heartbreak Hotel.

Salah satu kekuatan Akbarry sebagai podcaster dan MC adalah kemampuannya menyapu sekat antara panggung dan penonton, antara interviewer dan narasumber, juga antara idola dan penggemar. Karakter unik ini menjadikan nama Akbarry bagian dari jaminan kesuksesan sebuah program musik dan gaya hidup.

“Acara seperti Jakarta Music Conference bisa mendukung berbagai lini dari kebutuhan perkembangan musik Indonesia. Terus, sekarang beberapa program dari pemerintah ada yang mendukung juga musisi-musisi kita untuk lebih berkembang. Harapan gue jangan sampai akses ini atau hal-hal ini hanya dipakai atau dimanfaatkan atau digunakan sama orang yang itu-itu lagi. Jadi gua pengin banget bisa lebih beragam lagi, termasuk di berbagai festival musik dan juga pensi pensi musik,” harap Akbarry terkait industri musik.

Dalam Jakarta Music Conference, Akbarry akan memoderatori dua sesi sekaligus, yakni  “Fan Power: Growing Your Music Community” dan “Scaling Up: Building the Next Music Icons.” Sebagai penggemar musik dan film populer, Akbarry akan menghadirkan diskusi yang menarik, memberikan perspektifnya sebagai pelaku industri, sekaligus penggemar.



Scroll to Top